Senin, 01 Desember 2008

JELANG ULTAH PERKAWINANKU


Jelang Ulang Tahun perkawinanku

Jelang Ulang Tahun perkawinanku yang ke 16 , aku coba kenang masa masa ketika awal setelah kami menikah. Betapa Indah hari – hari itu, sekalipun saat itu bisa dibilang secara status pekerjaanku belum jelas, Kerja tidak nganggur juga tidak. Seringkali orang- orang menanyakan ke saya, “ Kok nggak balik ke Jakarta “ maklum mereka menanyakan itu karena sebelum menikah aku emang kerja di Jakarta sebagai Kondektur Mayasari Bhakti jurusan Bekasi – Senin di Patas 10. Dan setelah Menikah, rasanya malas balik kerja di Jakarta dengan pekerjaan yang keras dan tak sesuai dengan minat perkerjaan profesiaku sebagai orag mengenyam sekolah untuk dipersiapkan sebagai guru.
Akhirnya kuputuskan untuk coba cari pekerjaan di Kampung halaman dengan pekerjaan seadanya dulu. Dan dengan demikian hari hariku selalu bisa berdampingan dengan Istriku yang saat itu bahkan bekerja di Salon kecantikan yang tiap sore aku menjemput dengan sepeda othel dan terasa bahagia sekali.
Di usia perkawinanku yang ke 4 bulan, aku lebih bahagia banget, hasil test kehamilan istriku dinyatakan positif “ Hamil “ bersamaan dengan panggilan pekerjaanku atas lamaran pekerjaan baruku sebagai Penyuluh.
Rupanya dari sinilah babak baru kehidupan saya benar benar dibangkitkan, semangatku untuk bekerja giat kembali, akhirnya dengan tekad dan semanagt tinggi panggilan pekerjaan baru itu aku datangi, al hasil dari penjelasan Departeman Agama yang memanggilku saat itu. Saya harus bekerja sebagai Da’i ( Mubaligh ) Transmigrasi di Daerah Pedalaman luar Jawa.

Rasanya Berat sekali dengan pekerjaan itu.... saya yang tidak mau balik Jakarta demi ingin mencari pekerjaan yang lebih dekat, bisa selalu bersama istri dan sesuai bidangku, ini malahan tawaran pekerjaan yang lebih jauh dari Jakarta dan di pedalaman pula.

Terasa ogah-ogahan aku ditanya istriku, bagaimana hasil wawancara dan penjelasan pekerjaannya, ketika dengan berat aku sampaikan.... Istriku justru mendukungku untuk mengambil perkerjaan itu, padahal aku sampaikan bahwa pekerjaan itu adalah di pedalaman yang kita tidak kenal medan, kita jauh saudara, kita jauh dari pusat – pusat informasi dan kesulitan transportasi. “ nggak apa – apa, ambil saja dan Bismillah kita Mandiri, “ kata istriku.
Akhirnya setelah berhari – hari aku pertimbangkan, dan istriku nggak pernah surut semangatnya untuk mendukungku. Aku setujui pekerjaan itu. Saya melalui tahapan Training di Kulonprogo Yogyakarta selama 10 hari bersama istriku dengan kehamilannya yang saat itu sudah berjalan 3 bulan.
Satu bulan setelah masa penantian pemberangkatan yang nyaris aku mengundurkan diri dan istriku kembali mendorongku, saat itu aku mendapat pemberitahuan untuk persiapan berangkat ke Luar Jawa “ di Daerah Irian Jaya saat itu, persisinya di Desa Arandai ( Arinda II ) Kec. Bintuni Kabupaten Manokwari.
Dengan tetes mata yang seakan tak terbendung ...seluruh keluargaku medekapku erat dan berbisik “ Yang sabar…..jangan salaing bertengkar…dan jaga Istri dan kandungannya…..”, saya hanya membalas dengan anggukan yang sesenggukan.

Benar dugaanku…. Sesampai di Arandai tempatku bertugas, aku melihat hutan belantara yang jauh dari segala pusat informasi, rumahku sebagai tempat aku berteduh berdua terbuat dari papan, berbentuk panggung karena juga berdiri diatas hutan yang baru saja tertebangi.
Istriku kelihatan kecapaian dari perjalanan jauh, tapi tidak mau istirahat… tetap membantuku membenahi barang barang yang saya bawa dari Jawa.
Akhirnya hari hariku yang hanya ditemani istri dan hutan belantara dan penduduk yang hanya berjumlah 54 KK menjadi terbiasa aku lalui….. hanya saja ketika usia kandungan istriku sudah menjelang kelahirannya….aku sempat khawatir….
Bagaimana tidak. Disini nggak ada perawat, Ada suster kunjungan setiap tiga bulan sekali. Sehingga aku sempat was-was dengan kelahirannya nanti bila pas saat mau lahir tanpa suster yang mendampingi.
Tepat waktu maghrib tiba, Istriku terasa tidak kuat lagi….. nampaknya bayi yang ada dalam kandungannya ingin segera keluar…. Saya panik, Suster tidak di tempat.... aku hanya memanggil tetangga sebelah yang bukan suster bukan pula dukun bayi, tapi dengan tekad Bismillah aku terus mendampingi istriku berjuang untuk melahirkan darah daging keturunanku.
Sampai malam larut Istriku nampak kesakitan dan anak yang didalam, belum juga keluar, Istriku terasa putus asa...... dia katakan ke saya” Yah.... Bunda nggak kuat lagi yah”. Aku tak bisa berkata apapun kecuali membisikkan kalimat ke istriku untuk bersabar dan berdo’a. Tapi toh reaksi tidak juga berubah.... Istriku tetap kesakitan bahkan lebih dahsyat.... dia menjerit kesakitan, siapapun tak kan kuat melihat pemandangan ini.... Akupun merasakan betapa perjuangannya sangat berat, akh....aku harus tidak putus asa., aku bisikkan ke Istriku lagi ketika dia kembali berkata bahwa ia tidak kuat lagi. Aku bilang ke Istriku... ” Bunda....katanya pingin punya Aosi. Jangan menyerah ya Bunda.... Berdo’a saja sama Allah.” bisikku, dan aku segera ambil Air wudlu kemudia aku Shalat sambil menangis menghiba kepada Allah.....
Entahlah....hingga jam 02.00 WIT pun, anak itu belum juga lahir..... dan istriku kembali meronta kesakitan.... sampai akhirnya seolah ia pingsan, Istriku tergolek lemas tak berdaya....sambil aku membelai istriku.... aku tak berhenti berdo’a hingga aku dikagetkan jeritan tiba tiba, Istriku Kontraksi lagi, ia meronta dengan serasa ingin berdiri dan berlari... dan mengulang kalimat yang sama ” Yah.... Bunda nggak kuat lagi yah”. Oleh tetanggaku yang mendampingi aku... istriku dipegang erat untuk tidak bangkit. Dan suruh tetap di tempat. Istriku berontak dan aku pegang erat, aku berikan isyarat ke tetanggaku untuk dibiarkan. Aku dekap dengan berdiri ia sempat berkata ke saya lagi ” Yah Ikhlaskan Bunda yah., Bunda nggak kuat lagi, maafkan Bunda yah... ”
’Nggak, Bunda nggak boleh nyerah, Bunda harus kuat.. Percaya sama Allah pasti di pihak kita.”


Benar juga, Tepat jelang Subuh, ditengah keputus asa-an istriku dan juga akupun menyerahkan semua urusan ke Allah. Aosiku Lahir, Aku bertakbir keras menyambut kegirangan.
Dan ternyata aku masih menyisakan kebingunan dengan kelahiran bayi Aosi ini.... Bagaimana aku harus mengatasi kelahiran ini... ketika tetanggaku tanya mana alat alat untuk memotong tali pusar, mana juga tempat untuk Ari, dan benang untuk ikat tali pusar dsb.nya aku kebingungan.... cari silet tidak punya, pisau juga adanya pisau dapur.... akh... aku bingung sekali, sampai akhirnya tetanggaku menyuruhku untuk ke belakang mencari sembilu ( Pelepah Pohon Sagu ) dan Benar... akhirnya aku potong tali pusar itu dengan pelepah pohon sagu yang sudah ditipiskan sehingga tajam, lantas aku ikat sisi masing - masing ari dengan benang jahit. Alhamdulillah Perjaungan sejak Semalam hingga Takbir Shubuh bergema telah selamat.
Kuberi nama AOSI TANZILA ARINDA artinya Wasiat yang diturunkan di Desa Arinda.

Sekarang Aosiku sudah besar, kelas 1 SMK Negeri, dia syukurlah dia termasuk anak yang patuh sama Bundanya...walau kadang sedikit beralasan ketika kami ortunya menasehati untuk hati hati dengan pergaulan.

Terima kasih Intriku..... Semoga jelang Ultah perkawinan ini...keluargaku selalu mendapat lindungan Allah.

21 komentar:

Anonim mengatakan...

Unda-undi Ultah Perkawinannya. Bedane saya Nopember dan sudah memasuki ultah perkawinan ke 23, kalau Mas Jahid baru ke 16.
Sekali lagi selamat HUT perkawinan, langgeng selalu, putrinya juga cepet lulus.

Haris mengatakan...

Semoga langgeng ya pak
Selamat

Linknya sudah saya add kembali di pondokku

Kalau mau nonton TV ada di bagian bawah pak. Sekarang sudah ada.

Anonim mengatakan...

terharu bange tsaya baca kisah kelahiran aosi, om jay, sungguh demikian besar ujian hidup yang om jay jalani bersama keluarga. alhamdulillah, semuanya membawa banyak himah dan berkah, semoga aosi kelak menjadi gadis sholehah yang bisa membawa nama baik kedua orang tua, masyarakat, dan bangsa. ok, selamt ulh ke-16 utk biduk rumah tangganya, om, semoga semakin menemukan kebahagiaan lahir dan batin, amiin.

Anonim mengatakan...

wah terharu baca ceritanya pak... selamat HUT perkawinan semoga langgeng dan selalu diberikan berkah oleh Allah SWT

Anonim mengatakan...

Wah... maca iki aku nganti mbrebes mili..
Selamat Ultah Perkawinan (atau Pernikahan ya)... Semoga langgeng, dalam kebarokahan

Anonim mengatakan...

Ari-arine ditugel nganggo sebetan sagu wae dadine kok ayu ya???
Haiyyah...
Sampean memang jagoan tenin!

Nyante Aza Lae mengatakan...

salamat pak...usia perkawinan yg cukup mumpuni...semoga bpk n keluarga slalu alam lindungan Allah SWT. Amin

Anonim mengatakan...

Subhanallah..berat nian perjuangannya..
semoga Allah senantiasa melindungi keluarga Bapak,Amin..

Anonim mengatakan...

Bapak saya sampai nangis membaca tulisan bapak :)
selamat ulang tahun pernikahan ya pak....semoga tetap dalam lindunganNya amin...

goresan pena mengatakan...

istri bapak termasuk yang beruntung saat melahirkan, didampingi suami...
sampaikan salam saya pak...
dan selamat untuk annyversary nya...

Seno mengatakan...

Saya sangat terharu membaca tulisan tentang perjuangan kehidupan di tahun pertama pernikahan. Kalau saja tidak ada tamu, saya pasti menangis.

Penuh perjuangan, penuh tanggung jawab, saling pengertian, saling mendukung. Ini yang perlu saya contoh, mengingat usia perkawinanku yang baru seumur jagung.

Kebetulan sekarang istri saya juga sedang mengandung tiga bulan. Minta doanya ya Om Jay. Semoga Om Jay dan keluarga selalu dalam lindungan-Nya. Amin.

Salam buat Bunda dan Nak Aosi.

Cebong Ipiet mengatakan...

terharu Om jay
hikz
punya istri yg sayang dan mau diajak susah
dan Om tau perjuangan melahirkan
semoga langgeng ya pak
keluarga yg sakinah
amiiin

Anonim mengatakan...

Sumpah mati..aku menangis membaca perjuangan Bunda dan memberikan acungan jempol yang setinggi-tingginya atas ikhtiar yang mas jay lakukan demi kelahiran Aosi...

Subhanallah.... Allah Maha Penolong dan Maha Penerima Doa..

Selamat Ulang Tahun Perkawinan ke-16 semoga Allah tetap memberikan berkah dan hidayah-Nya kepada keluarga mas Jay....amin

Anonim mengatakan...

selamat hari pernikahan, turut bahagia langeng selalu

Anonim mengatakan...

wah pengorbanan seorang ibu itu ternyata begitu ya? berat sekali...

selamat hari ulang tahun pernikahan pak.......

itu anaknya atau istrinya pak (yang di atas?)

Anonim mengatakan...

Wow, benar-benar pengalaman yang sangat berharga sekali, pak. Masa-masa sesusah apapun kalau dilewati bersama orang yang kita sayangi insya Allah akan terasa mudah dan dilancarkan urusannya. :))

Saya masih menanti masa-masa indah seperti itu. Masih harus lulus kuliah dulu sebelum bisa hidup bersama bidadari pilihan saya. :)) Mohon doanya ya, Pak.

Gus Sholeh mengatakan...

Selamat Ulang Tahun perkawinannya ya pak semoga langgeng dan berbahagia selamanya

Anonim mengatakan...

selamat ulang tahun perkawinan ya Pak. semoga langgeng sampe kakek2 dan nenek2 :)

Anonim mengatakan...

Wah perjuangan bapak dan istri adalah teladan untuk kami yang baru memulai keluarga baru ..

Selamat ulang tahun pernikahan! :D

endar fitrianto mengatakan...

sampai merinding lho pak saya membaca kisah ini. sungguh perjuanga yang luar biasa

Xitalho mengatakan...

Om Jay... njenengan ini termasuk sorang suami dan ayah yang tegar sekali... ntah karena kepepet atau tidak tp njenengan sudah menjadi "real hero" bagi keluarga, semoga Aosi sempet mbaca postingan ayahnya ini... dan tau betapa beratnya amanah yg harus dipikul ortunya.

Raja di Raja

Raja di Raja

RUMAHKU ADALAH SURGAKU.... BIARPUN SEDERHANA... TETAPI DIDALAMNYA ADA PENUH CINTA DAN KASIH SAYANG